Pages - Menu

Rabu, 23 Agustus 2017

Ke Kantor Imigrasi: Bikin Paspor

Assalamualaikum!!!
Eh ngomong-ngomong tulisan ini saya buat tahun 2016 tapi mengendap begitu saja tanpa ada kejelasan publikasi. meh. Sebenarnya yang bikin saya malas buat lanjutin tulisan ini adalah cerita dramanya yang panjang (padahal cuma hal sepele). Biasalah... masalah drama administrasi dan mood orang beda-beda, yekan?.



Jadi buat kalian yang pengen bikin paspor tapi masih merasa bimbang karena... duh gimana nih nama di KTP beda sama di Akte Lahir... duh alamat di KK beda sama di KTP... dan duh duh lainnya yang bikin cenat-cenut, eits gak perlu suudzon duluan. Pastikan lampiran berkas yang diminta lengkap (terlepas dari seragam tidaknya data kalian) trus fotokopi semuanya dan semuanya (baik dokumen asli maupun fotokopi) harus dibawa saat hari foto dan wawancara.

Kalo kalian merasa terganjal karena ada dokumen yang datanya gak sinkron satu sama lain, saya akan tetap bilang: bawa semua lampiran berkas yang diminta lengkap dengan fotokopiannya (kalo perlu semua ijazah dibawa serta). Susun dengan baik lalu datang ke Kantor Imigrasi dan tunjukkan ke petugasnya. Staf di kantor imigrasi tuh baik dan beneran helpfull sama kita.
Menurut saya paspor paling butuh info soal kamu anak dari bapak siapa yang tinggal dimana. Itu kan tercantum di akta lahir, KTP, kartu keluarga, dan lainnya.
Saya dan dua orang teman saya, sebut saja A dan D. Kami bertiga sama-sama punya masalah dengan data yang tidak sinkron satu sama lain. Saya sendiri masalahnya ada tertulis di bawah ya. Si A dan D masalahnya ada banyak data yang tidak sama mulai dari nama di akta lahir yang beda dengan KTP, tanggal lahir yang tercantum beda, hingga D yang namanya malah tercantum di kartu keluarga om-nya. Bedanya A dan D adalah... kalo A dia ngurus penyamaan/sikron data identitasnya sampai ke tingkat kecamatan. Semua data diperbaiki mulai dari nama di kartu keluarga serta tanggal lahir. Semuanya disamakan sesuai akta lahirnya. Prosesnya lumayan lama sih. Setelah semua 'satu suara' barulah dia daftar online. Sedangkan D, dia malah gak ngurus penyamaan data apalagi surat keterangan (setau saya yah, ntar saya update lagi kalo ada info baru). Nih anak cuman ngumpulin berkas aslinya dari kampung trus daftar online trus ke imigrasi buat wawancara. Trus tau-tau namanya di paspor jadi tiga suku kata. Padahal nama aslinya cuman satu suku kata trus ditambahin nama bapaknya.


Drama bikin paspor
Kalo saya dramanya kayak gini: sudah kelar daftar online, sudah membayar di bank, trus tiba-tiba ingat kalo nama di akte lahir beda satu huruf dengan yang tercantum di kartu keluarga dan KTP.
Jadilah saya stres sendiri gara-gara ketakutan kalo nanti pas datang wawancara dokumen ditolak dan pembayaran dianggap hangus.
Saya coba tanya sama temen yang pernah urus dokumen paspor dan dia menyarankan agar saya menyamakan semua data yang dibutuhkan sama seperti yang dia lakukan dulu. Itu artinya saya mesti ngurus dokumen pribadi sampe ke tingkat kecamatan you know lah.
Sudah kebayang dong kesana kemari dari kantor lurah terus ke kecamatan trus ngantri lama banget di sana trus nunggu dengan penuh ketidakpastian kapan tuh dokumen kelar di sana. Semuanya demi si satu huruf itu. Ih males banget.

Setelah googling eh taunya saya cuma butuh Surat Keterangan Orang yang Sama yang dikeluarkan oleh kantor kelurahan setempat. Titik.

Seorang motivator pernah berkata bahwa apa yang kita takutkan nyatanya 99% tidak terjadi 
Keesokan harinya, pagi-pagi saya ke kantor lurah. Saya bilang kalo saya butuh surat keterangan dan langsung dibuatkan. Bahkan sempat diulangi dua kali karena ada poin yang dikoreksi. Jempol buat staf kelurahan di tempat saya. Setelah itu, semua berkas saya kumpulkan, cek ulang, difotokopi trus disusun berurutan.

Saya memisahkan berkas menjadi tiga bagian menggunakan paper clip: Pertama kumpulan berkas asli, kedua kumpulan fotokopian berkas, ketiga berkas pendukung (surat undangan wawancara, bukti pembayaran, Surat Keterangan Orang yang Sama, dan lainnya). Emang sengaja disusun serapi itu biar nanti mudah dicek oleh staf kantor imigrasi.

Keesokan harinya,
Saatnya berangkat ke kantor imigrasi yang berlokasi di Daya. Perginya mesti pagi-pagi karena jarak rumah saya ke Daya itu sekitar 15 km atau kalo Google Map bilang sekitar 40 menitan berkendara. Trus tau kan kalo ke kantor imigrasi itu harus pagi-pagi biar bisa dapat nomor antrian depan?.

Saya dapat antrian dengan kode C. Sementara yang dipanggil masuk wawancara hingga hampir satu jam adalah antrian kode A. Etdah, apa maksud ini? pagi-pagi ngantri tapi dapat kode bontot?. 

Ternyata nggak. Entah setelah berapa belas kode A dipanggil, tiba-tiba loncat ke kode C. Duh saya kayaknya salah kaprah mulu ye...

Pas lagi duduk di ruang tunggu saya perhatikan kalo yang bikin lama orang ngantri di tempat antrian untuk ngambil nomor wawancara itu ya karena orang yang di depannya. Ada orang yang baru mau nyusun dokumennya setibanya di depan petugas. Ada juga yang sibuk bolak-balik map dokumennya yang tebal untuk nyari berkas yang diminta petugas. Ada juga yang ditolak karena gak bawa salah satu dokumen asli (sebut saja KK asli) tapi gak mau keluar dari antrian karena terus bertanya alias nego, "yah gimana dong, Pak? yang asli masih otw dari kampung...", yang makin bikin orang di belakangnya makin ngantri lama.
Ada-ada saja, kan? hehe

Akhirnya nomor saya dipanggil tiba. Semua berkas dicek ulang antara data yang di formulir online dan berkas asli. Mbak petugasnya menemukan surat keterangan saya dan bilang kalo dia hampir tidak bisa melihat perbedaan nama yang dimaksud. Jadi, drama satu huruf saya kemarin tuh gak guna sama sekali karena semua proses pengecekan berjalan lancar. Petugas di ruang wawancara pun ramah dan tidak ada yang nyusahin. Semua ketakutan saya kemarin ternyata tidak ada yang terjadi. Hufff buat diri gue sendiri -__-

Oke. Selesai urusan. Syalalalala.

Tinggal menanti hari pengambilan paspor. 
Tapi sesuai saran temen saya, saya ngambil paspornya H+1 dari jadwal yang dikasih karena sudah pasti selesai dicetak, entahlah. Trus paspornya juga gak saya beliin sampul yang dijual di tempat fotokopian di situ karena saya pelit. Hahaha. Gak ding, ikut saran temen juga. Saya ngerasa kalo sampul paspor yang dijual di situ antara harga dan kualitas... mending saya beli yang sekalian mahal aja di luar... 

Sebenarnya di Makassar ada dua kantor imigrasi. Kantor satunya lumayan dekat dari rumah karena posisinya persis di belakang McD Alauddin tapi saya nggak ngurus di situ karena sebelumnya saya pernah ke sana untuk nanyain, "Pak ini gimana ya? saya kan daftar online tapi ternyata ada perbedaan... (and blablabla)" trus stafnya jawab dengan singkat, "ke kantor yang di Daya saja". Gak tau ah. Gak ngerti juga apa karena kantor yang satu itu baru resmi buka makanya belum siap terima yang daftar online atau gimana soalnya saya perhatikan banyak pendaftar yang isi formulir secara manual... ya gitu deh...

Oke akhir kata semoga bermanfaat 
Wassalam

Tidak ada komentar :

My archive

Blogger news

Twitter Bird on The Tree by Tutorial Blogspot